Nggatau kenapa tiba-tiba ingin saja menuliskannya disini.
Aku sendiri ngga pernah berharap kamu akan membacanya.
Karen aku yakin, senja lebih dulu menyampaikan semuanya padamu.
_
_
Untuk segala bahagia, aku bersyukur pernah merasakannya. Terlebih itu karenamu
Aku beruntung mendapatkannya.
Dan untuk segala tangis, aku akan tetap mensyukurinya.
Aku bisa sekuat sekarang sebab luka yang kau beri.
Nggapapa, jika pada akhirnya airmata yang menjadi salam perpisahan kita.
Andai.
Ah tidak, harusnya kata 'andai' tak pernah kutulis disini.
Semua memang sudah kehendak-Nya. Kita hanya bidak yang dijalankan semesta.
Memiliki ngga harus menjadi satu bukan?
Ngga kerasa, air mata itu kembali memaksa turun dari retinaku.
Maaf, tak bisa memenuhi permintaanmu untuk tidak menangis lagi. Ini intuisi. Meski sakitnya tak separah ketika pertama kali terluka, tapi tetap saja perih rasanya.
Kepada juli, dan kepada kota kelahiranmu, aku titip senjaku ya.
Tolong selalu beri dia kebahagiaan.
Tolong kabarkan bahwa dia akan selalu baik. Karena tidak ada hal yang lebih penting dari itu.
Biarlah segala kenang kusimpan rapi di sudut ruang yang paling sunyi. Paling gelap dan dingin.
Biar kusimpan semuanya disana.
Entah apa aku akan menemukan penerang ruang itu atau tidak, semuanya terasa sangat memilukan.
Yang kumau bukan begini?
Aku tau kau pun tak menginginkan ini bukan?
Tapi..
Lagi-lagi kita hanyalah bidak yang dijalankan semesta.
Tak bisa berbuat apa-apa.
Harusnya kita sama-sama sadar. Bahwa maya memang tak akan pernah menjadi nyata.
Tapi yasudahlah. Mau bagaimana lagi. Biarkan semuanya menjadi bingkai pelajaran paling berharga.
Komentar
Posting Komentar