Langsung ke konten utama

Senja terakhir



Mungkin kedengarannya aneh saat tiba-tiba aku meminta agar kita berjalan masing-masing.
Tapi harus bagaimana lagi jika nyatanya kita sudah kehilangan arah.

Bukannya tak ingin mempertahankan, tapi untuk apa melanjutkan sesuatu yg sudah tidak tau mau dibawa kemana.
Kita sama-sama lelah diam diatas kebingungan.
Tapi juga ada banyak rindu yang disembunyikan.
Serba salah mengisi ruang dihati kita.

Kamu selalu bilang untuk jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Terlebih soal perasaan.
Dari awal kita memang tak pernah sejalan. Selalu saja berbeda pemahaman.  Kamu maunya begitu,  aku maunya begini.

Jangan salahkan semesta jika pada akhirnya kita tak menjadi satu. Semesta punya rencana yang jauh lebih keren dari rencana yang kita buat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Juli terakhir

Nggatau kenapa tiba-tiba ingin saja menuliskannya disini.  Aku sendiri ngga pernah berharap kamu akan membacanya.  Karen aku yakin, senja lebih dulu menyampaikan semuanya padamu. _ _ Untuk segala bahagia, aku bersyukur pernah merasakannya. Terlebih itu karenamu Aku beruntung mendapatkannya. Dan untuk segala tangis, aku akan tetap mensyukurinya.  Aku bisa sekuat sekarang sebab luka yang kau beri. Nggapapa, jika pada akhirnya airmata yang menjadi salam perpisahan kita.  Andai. Ah tidak, harusnya kata 'andai' tak pernah kutulis disini.  Semua memang sudah kehendak-Nya. Kita hanya bidak yang dijalankan semesta.  Memiliki ngga harus menjadi satu bukan?  Ngga kerasa, air mata itu kembali memaksa turun dari retinaku.  Maaf, tak bisa memenuhi permintaanmu untuk tidak menangis lagi. Ini intuisi. Meski sakitnya tak separah ketika pertama kali terluka, tapi tetap saja perih rasanya.  Kepada juli, dan kepada kota kelahiranmu, aku titip senjaku ya.  Tolong selalu beri dia kebahagiaan.  Tolo

Musafir

Menapaki perjalanan ditengah ingar-bingar dunia. Mengecap nikmat yang terkadang melenakan padahal hanya sementara. Kita adalah musafir. Tak pernah absen dari rasa getir dan khawatir.  Kita kadang lupa tentang esensi manusia diciptakan. Tidak paham tentang perjalanan panjang dalam sketsa. Bukan seberapa jauh kita menapaki bumi. Tapi ini tentang apa yang kita dapat selama ini. Sadarkah bahwa kita akan pulang? Lantas tidak inginkah membuat petualangan ini menjadi berarti? Kisah lampau harusnya bisa dijadikan pelajaran. Peta kita,  Al-Quran harusnya bisa menggetarkan hati tatkala ayat-ayatnya di lafadzkan. Tetapi, hiruk pikuk dunia seakan mematikan rasa. Harus sampai kapan perjalanan seperti ini yang kita lanjutkan? Tidak inginkah lelah ini menjadi lillah? Sungguh merugi jika apa yang kita tanam selama ini tidak dapat membawa kebermanfaatan pada diri sendiri apalagi orang lain. Jangan sesali perjalanan kita kemarin. Bergegaslah! Mulailah hari ini memperbaiki semuanya