Pelarian
Kepada senja ingin ku bercerita tentang sosok yang telah semesta kirim dalam dimensiku.
Mungkin jika kutuliskan, terlalu banyak kata yang akan kau baca. Atau mungkin usiaku keburu habis dimakan waktu sebelum mencapai garis finish menulis tentangnya.
Aku bersyukur karena tuhan menitipkan banyak pelajaran melalui dia.
Meski pada akhirnya semesta mengambilnya sebelum sempat aku miliki.
Yah, dia kembali ketempat semestinya dia berada. Ketempat seharusnya dia pulang Dan aku bukanlah rumah untuknya.
Lagi-lagi senja menjadi pelarian saat sukma merapuh.
Kutitipkan kerinduan ini pada sudut cakrawala, berharap kau akan mengambilnya seperti dulu.
Atau paling tidak kau akan menatap sekilas jingga itu.
Sebagian dari diriku telah dia bawa. Dan apa harus aku mencari sisa-sisa kepingan itu agar menjadi utuh?
Ngga kerasa, menangis juga akhirnya.
Aku tak pernah memaksa agar semesta mengembalikan dia padaku.
Apalagi untuk melanjutkan kisah yang sudah kehilangan arah.
Aku tau, memang hakikatnya manusia tak pernah memiliki apapun.
Berbahagialah.
Jangan menangis karena aku tak punya balon. Seperti katamu ketika aku bilang aku sedang menangis.
Jangan sungkan berbagi kisah barumu ya.
Komentar
Posting Komentar