Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

The journey

Masih kuingat jelas bagaimana kali pertama kita berpetualang bersama. Melukiskan harap dan segala kisah indah didalamnya. Kita menjadi manusia paling bahagia. Berbagi tawa tanpa jeda. Waktu cepat sekali berlalu saat bersamamu. Tak terasa, sudah memasuki tahun ke 2 perjalanan ini. Tentu nggak mudah untuk dilewati. Acapkali kita berselisih. Menyatukan dua isi kepala yang berbeda. Saat ingin menyerah, selalu ada alasan untuk tetap singgah. Mengokohkan hati untuk tetap sabar dalam penantian. Entah bagaimana nanti. Apakah kamu yang akan menjadi akhir dari pencarian ini, atau kamu hanya akan menjadi pelajaran paling berharga yang tuhan kirimkan dalam hidupku. Waktu yang akan menjawab semuanya.  Kita tak akan pernah tau apa yang akan terjadi didepan. Kita hanya bisa meminta pada semesta untuk memberi apa yang kita pinta. Tetapi, jika pada akhirnya bukan kamu, aku selalu percaya bahwa tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya.  Kamu pun harus yakin akan hal itu. 

Perihal waktu

Aku berkelana, mencari jawab atas apa yang kupinta pada semesta. Berpetualang seorang diri, mencari apa itu jati diri. Kuhabiskan waktu untuk bertanya pada senja, dia selalu bungkam. Lalu aku bertanya pada bintang, diapun sama. Diam membisu. Lantas, pada siapa tanya itu ada jawabnya? Seseorang menepuk pundakku "waktu yang akan menjawab semuanya. " Aku larut dalam lamunan. Mencerna setiap kata yang dia ucap. Waktu?  Bukankah waktu tak dapat berbicara? Lantas bagaimana bisa dia menjelaskan? Seakan mengerti apa yang kupikirkan, dia tersenyum. Menyalurkan kekuatan untuk sukma yang rapuh. Ya, sekarang aku mengerti. Betapa berharganya setiap detik yang kita punya Tuhan menciptakam kita tentu untuk sebuah misi yang besar. Dan aku telah salah membuang waktu untuk mencari jawab atas pertanyaan yang sebenarnya aku sendiri tau jawabannya. Dia memberikan secarik kertas padaku. Terdapat salah satu penulis favoritku, fiersa besari dan sepenggal kalimat "bangkit

Musafir

Menapaki perjalanan ditengah ingar-bingar dunia. Mengecap nikmat yang terkadang melenakan padahal hanya sementara. Kita adalah musafir. Tak pernah absen dari rasa getir dan khawatir.  Kita kadang lupa tentang esensi manusia diciptakan. Tidak paham tentang perjalanan panjang dalam sketsa. Bukan seberapa jauh kita menapaki bumi. Tapi ini tentang apa yang kita dapat selama ini. Sadarkah bahwa kita akan pulang? Lantas tidak inginkah membuat petualangan ini menjadi berarti? Kisah lampau harusnya bisa dijadikan pelajaran. Peta kita,  Al-Quran harusnya bisa menggetarkan hati tatkala ayat-ayatnya di lafadzkan. Tetapi, hiruk pikuk dunia seakan mematikan rasa. Harus sampai kapan perjalanan seperti ini yang kita lanjutkan? Tidak inginkah lelah ini menjadi lillah? Sungguh merugi jika apa yang kita tanam selama ini tidak dapat membawa kebermanfaatan pada diri sendiri apalagi orang lain. Jangan sesali perjalanan kita kemarin. Bergegaslah! Mulailah hari ini memperbaiki semuanya

Pelarian

Pelarian Kepada senja ingin ku bercerita tentang sosok yang telah semesta kirim dalam dimensiku.  Mungkin jika kutuliskan, terlalu banyak kata yang akan kau baca. Atau mungkin usiaku keburu habis dimakan waktu sebelum mencapai garis finish menulis tentangnya.  Aku bersyukur karena tuhan menitipkan banyak pelajaran melalui dia.  Meski pada akhirnya semesta mengambilnya sebelum sempat aku miliki.  Yah, dia kembali ketempat semestinya dia berada. Ketempat seharusnya dia pulang Dan aku bukanlah rumah untuknya.  Lagi-lagi senja menjadi pelarian saat sukma merapuh.  Kutitipkan kerinduan ini pada sudut cakrawala, berharap kau akan mengambilnya seperti dulu.  Atau paling tidak kau akan menatap sekilas jingga itu.  Sebagian dari diriku telah dia bawa. Dan apa harus aku mencari sisa-sisa kepingan itu agar menjadi utuh?  Ngga kerasa,  menangis juga akhirnya.  Aku tak pernah memaksa agar semesta mengembalikan dia padaku.  Apalagi untuk melanjutkan kisah yan